Kamis, 14 Februari 2008

JAUHI PENYAKIT S==D==R

Saudara-saudara sekalian, semoga Allah yang menguasai diri kita menolong kita semua, untuk tidak dihinggapi penyakit SDR. Apakah penyakit SDR, ini penyakit minimal yang harus bisa kita bersihkan dari diri kita. SDR adalah Sombong, Dengki, Ria. Mengapa ? Ramadhan ini kita harus bertekad sekuat tenaga jangan sampai kita diperdudak dan hancur karena penyakit ini.

Ciri orang yang sombong bagaimana ? Orang yang sombong itu bukan orang yang kaya, yang berpangkat, yang rupawan. Ciri orang yang sombong itu ada dua :

1. Mendustakan Kebenaran

2. Menggangap rendah orang lain

Jadi orang sombong bisa mengena kepada orang kaya dan orang miskin, bisa kena kepada orang berpangkat dan tidak berpangkat. Orang sombong tidak suka kepada nasehat, tidak suka kepada kebenaran, tidak suka mendengar ilmu tentang agama. Semakin tinggi ketakaburan-nya maka dia semakin mendustakan kebenaran dan semakin melawan kebenaran itu sendiri.

Memang tingkatan kesombongan beragam, ada yang dia beribadah tapi dia tidak mau dengar nasehat, yang namanya agama itu dianggap remeh, dianggap tidak ada. Mendengar kata Allah saja tidak suka, paling top “yang diatas”, padahal yang diatas itu kan banyak, genteng misalnya.

Dia tidak suka datang kemajelis taklim, dirumahnya tidak mau membaca buku-buku agama, tidak suka mendengar acara-acara yang menambah ilmu agamanya. Karena ilmu agama tidak dianggap suatu yang dibutuhkan. Dia lebih merasa dirinyalah yang benar. Jadi klo berdebat nafsunya saja yang berbicara. Bergaulnya juga tidak mau dekat dengan orang-orang yang dekat agama, dia tidak suka.

Dia memang tidak terlihat arogan, tidak semuanya orang takabur itu kelihatan arogan. tapi sikap meremehkan agama, ini merupakan bagian dari sikap takabur. Termasuk meremehkan Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad tidak termasuk idolanya, Nabi kan hidupnya di jaman dulu, dst. Seakan-akan Nabi tidak menjadi teladan saat ini. Orang yang sombong tidak mau merujuk kepada contoh Nabi kita, padahal Rosul adalah Uswatun Hasanah.

Termasuk diantara kesombongan adalah tidak mau dikoreksi, tidak mau dikritik, kalau bicara mau menang sendiri. Dia Sholat, dia shaum, dia zakat, dia Haji dan umroh, itu sudah baik. Tapi kalau sombong nya ada, dia tidak mau kalah, kalau bicara cenderung mau menang sendiri. Tidak bisa dinasehati, tidak bisa diberi saran. Kalau diberi kritik, belum apa-apa langsung membalas balik, selain menolak juga menyerang yang mengkritiknya. Kalau diberi saran dia meremehkan saran orang lain. Kalau ngobrol hobi nya memotong perkataan orang lain. Selalu dia ingin menunjukkan bahwa dia yang paling benar, dia yang paling tahu, dia yang paling penting. Ini namanya takabur, “Tidak akan masuk surga, barang siapa yang dihatinya ada kesombongan, ketakaburan walau sebesar zarrah” (Al Hadist).

Ciri lain orang sombong adalah melihat orang lain lebih rendah dari dirinya. Dilihat misalnya dari cara menyuruh orang lain, seakan-akan orang lain lebih rendah dari dia. Dia tidak berani menyuruh begini ke orang yang lebih tinggi seperti murid kepada gurunya.

Biasanya orang yang sombong dia akan menunjukkan dengan prilakunya, dirinya lebih tinggi dan orang lain lebih rendah. Dari cara menyuruh, cara duduk, cara bersikap, akan terlihat ekpresi kepribadiannya.

Nah saudara sekalian di bulan Ramadhan ini kita harus meniru Nabi. Nabi Muhammad itu puncak kedudukan, sebagai pimpinan tertinggi, rasul, orang yang menguasai negara, panglima, yang paling berilmu… Tapi paling rendah hati, tawadhu dan sering berdialog dengan sahabat dan meminta pendapat sahabatnya. Sepanjang itu bukan wahyu, Nabi Muhammad sering meminta saran dari sahabatnya dan bermusyawah. Dan Nabi tidak membeda-bedakan orang, datang orang kaya, orang miskin sama saja, karena kaya miskin semua milik Allah.

Nabi Muhammad jika ada undangan mau datang ketempat yang paling sederhana sekalipun. Nabi Muhammad rumahnya sangat sederhana dan bersahaja. Dan yang terpenting beliau, selalu berusaha membuat orang-orang yang ada disekitarnya “merasa penting” (ini kuncinya). Jadi Rosul itu setiap berjumpa dengan orang mesti orang yang sudah ditemui beliau itu di hatinya merasa saya orang yang penting, disukai Rosul, orang yang spesial…

Nah Saudara semua, karena itu kita harus melakukan sesuatu dengan ketulusan, sehingga orang merasa dihargai. Tampak nya Ramadhan ini harus menjadi ajang latihan kita untuk jauh lebih rendah hati. Kita harus mulai senang mendengar tausyiah, walaupun nanti kita tersindir, tidak apa-apa jika itu memang kebenaran. Kita harus mulai senang melangkahkan kaki senang datang ke majelis taklim, i’tikaf dimasjid, biasanya jika ada perasaan takabur ada aja alasan untuk menolak mendengar ceramah. Seakan ada yang lebih penting, padahal dirumah tidak mengerjakan apa-apa. Nah hati-hati itu gejala kesombongan kita.

Dan kalau kita melihat orang lain, kita harus berani mencari sisi-sisi positif dari orang lain. Karena siapa tahu jelek menurut kita, padahal di dalam pandangan Allah orang tersebut memiliki derajat yang lebih tinggi. Mungkin orang itu ilmunya sedikit tapi orang itu amalnya banyak dan lebih ikhlas, itu lebih bagus daripada banyak ilmu tapi tidak punya amal dan juga tidak ikhlas. Jika ada orang banyak dosa tapi dia benar-benar bertaubat, taubatan nasyuha, habis dosanya. Dari pada kita merasa banyak amal padahal belum tentu diterima amalnya, dan taubatnya juga tidak sungguh-sungguh.

Nah kita harus mulai belajar sekarang untuk menghargai orang lain, membuat orang merasa penting. InsyaAllah..